Umsida.ac.id – Dilansir dari hasil survey Katadata Insight Center (KIC) dan Zigi pada tahun 2022, Gen Z dinilai cukup konsumtif.
Lihat juga: Keberadaan E-Wallet, Ini 10 Kelebihan dan Kekurangannya Menurut Riset
Dari 5.204 responden, sebanyak 72,9% pengeluaran digunakan untuk kebutuhan komunikasi yang rutin dialokasikan setiap bulan. Kemudian pengeluaran terbesar kedua Gen Z digunakan untuk belanja bahan makanan. Sebanyak 34,9% pengeluaran ketiga digunakan untuk bahan bakar, dan sebanyak 9,3% responden Gen Z menggunakan pengeluarannya untuk liburan.
Dalam urusan fashion dan aksesoris, genrasi Z mengeluarkan uang sebesar 26,4% yang jumlahnya hampir mendekati jumlah tabungan. Dengan data tersebut, apa benar Gen Z dicap tidak bisa mengelola keuangan dengan baik? Apa penyebabnya hingga Gen Z menyandang sebutan itu?.
Dalam riset yang berjudul “Literasi Keuangan dan Generasi Z: Buruknya Pengelolaan Keuangan Disebabkan oleh Minimnya Literasi dan Penggunaan Media Sosial?” karya Vara Vauzianah 1), Wisnu Panggah Setiyono Wisnu Panggah Setyono SE MSi PhD, dosen program studi Manajemen Universitas Muhammadiyah sidoarjo (Umsida), mengungkapkan dua hal yang bisa menjadi pemicu Gen Z menjadi sulit menata keuangannya.
Faktor yang membuat Gen Z tidak bisa mengelola keuangan
1. Kurangnya literasi keuangan
Dari riset ini, ditemukan bahwa adanya pengaruh antara literasi keuangan terhadap perilaku pengelolaan keuangan Gen Z.
Jika literasi keuangan mereka semakin baik dalam mengaplikasikan aspek-aspek keuangan, hal ini akan mengarah pada perilaku keuangan yang bijaksana dan pengelolaan keuangan yang efektif.
Akibatnya, mereka kurang paham mengenai pentingnya menabung atau investasi hingga cara mengatur keuangan pribadi dengan bijak.
Banyak anggota generasi ini mengaku tidak mendapatkan pendidikan yang memadai tentang pengelolaan keuangan, termasuk topik investasi, menabung, dan perencanaan keuangan.
Sebaliknya, jika literasi keuangan rendah, kemungkinan akan menghasilkan perilaku keuangan yang kurang bijaksana dan pengelolaan keuangan yang kurang efektif.
2. Masifnya pengaruh media sosial
Penyebab kedua gen Z sudah untuk mengelola keuangan adalah faktor media sosial. Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini, hampir semua anak muda (yang menjadi tumpuan bonus demografi) menggunakan media sosial sebagai teman sehari-hari.
Salah satunya yaitu untuk keperluan transaksi yang saat ini bisa dilakukan melalui mobile. Dengan adanya media sosial juga lah, Gen Z lebih cenderung untuk terlibat dalam pengeluaran impulsif dan gaya hidup konsumtif.
Kecenderungan untuk mengikuti tren dan gaya hidup yang lebih mahal dapat mengganggu kemampuan mereka untuk menyisihkan uang untuk tabungan atau investasi.
Mereka sering merasa tertekan untuk tampil dengan gaya hidup tertentu yang ditunjukkan di media sosial.
Hal ini bisa mengarah pada keputusan keuangan yang tidak bijak, seperti membelanjakan uang untuk barang-barang yang tidak diperlukan demi mendapatkan pengakuan sosial. Mereka menjadi pribadi yang konsumtif hanya untuk memenuhi standar media sosial.
Berdasarkan hasil temuan riset ini, pemanfaatan media sosial sebagai platform digital terhadap perilaku pengelolaan keuangan Gen Z mayoritas didominasi oleh media sosial TikTok sebagai platform yang paling sering digunakan.
Selain dua pengaruh di atas, generasi ini dikatakan sulit untuk mengelola keuangan karena mereka memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang tidak stabil.
Hal ini didukung oleh survey yang dilakukan The Financial Brand yang menyatakan bahwa generasi Z berkeinginan untuk memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau yang biasa disebut dengan work life balance.
Mereka lebih menyukai pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat, seperti pekerjaan remote atau freelance. Hal itu membuat mereka memiliki pemasukan yang tidak menentu sehingga pengelolaan keuangan harus dipikirkan dengan detail untuk menghindari perilaku konsumtif.
Apakah kamu termasuk Gen Z yang memiliki sikap di atas? Jika iya, kamu perlu berpikir ulang agar keuangan bisa stabil dan tetap memiliki dana ketika berada dalam keadaan sulit.
Lihat juga: Apakah Panic Buying Terjadi Karena Situasi Ekonomi, Gender, dan Pendidikan?
Untuk melihat informasi menarik dari Umsida lainnya, kamu bisa pantau wesite ini atau kunjungi laman Instagram @umsida1912 ya.
Sumber: Wisnu Panggah Setyono SE MSi PhD
Penulis: Romadhona S.