Kasus bullying di kampus-kampus Indonesia semakin menarik perhatian karena meningkatnya laporan tentang perundungan di lingkungan pendidikan tinggi. Untuk menangani masalah ini, pendekatan holistik menjadi solusi utama dalam menciptakan kampus yang aman dan mendukung. Pendekatan ini meliputi pemahaman mendalam tentang berbagai bentuk bullying seperti fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying serta penerapan strategi komprehensif untuk pencegahan dan penanganan kasus.
Melibatkan seluruh komponen kampus, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf, serta mengintegrasikan kebijakan anti-bullying dalam budaya kampus, dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung. Ini mencakup pengembangan program pendidikan yang fokus pada kesadaran dan empati, penerapan regulasi yang jelas dan konsisten, serta penyediaan dukungan psikologis yang memadai bagi korban. Dengan kolaborasi dan komitmen dari seluruh komunitas kampus, permasalahan bullying dapat diatasi secara efektif, menjadikan kampus sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk proses belajar dan pengembangan diri.
Tanggapan Ketua SDGs Center UMSIDA mengenai kasus bullying yang akhir akhir ini marak terjadi di kalangan mahasiswa yaitu “penting untuk memahami bahwa bullying dalam bentuk apa pun baik itu fisik, verbal, sosial, atau cyberbullying dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental dan akademis mahasiswa. Sebagai dosen, saya merasa berkewajiban untuk menjadi teladan yang baik dan menerapkan kebijakan anti-bullying yang ada. Saya harus memastikan bahwa mahasiswa merasa aman untuk melaporkan insiden perundungan dan tahu bahwa laporan mereka akan ditanggapi dengan serius”
Menanggapi maraknya kasus bullying di kalangan mahasiswa, Ketua SDGs Center UMSIDA menggarisbawahi pentingnya upaya pencegahan dan dukungan bagi korban.